Tragis! Harga Salak Anjlok Drastis, Petani Banjarnegara Terpaksa Buang Hasil Panen ke Sungai

Kabar memprihatinkan datang dari Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, di mana para petani salak kini menghadapi kenyataan pahit akibat harga anjlok drastis di pasaran. Kondisi ini diperparah dengan melimpahnya hasil panen yang tidak sebanding dengan permintaan, membuat para petani frustrasi dan terpaksa mengambil tindakan ekstrem dengan membuang sebagian besar hasil panen mereka ke sungai. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk keputusasaan atas harga anjlok yang tidak lagi menutupi biaya produksi dan transportasi.

Para petani salak di sentra-sentra produksi seperti Kecamatan Wanayasa dan Kalibening merasakan dampak paling parah dari harga anjlok ini. Jika pada kondisi normal harga salak kualitas super bisa mencapai Rp 8.000 hingga Rp 10.000 per kilogram di tingkat petani, kini harga tersebut merosot tajam hingga hanya berkisar Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per kilogram, bahkan kurang untuk kualitas yang lebih rendah. Para petani mengeluhkan bahwa harga tersebut jauh di bawah biaya perawatan kebun dan ongkos panen.

Salah seorang petani salak di Desa Bantar, Kecamatan Wanayasa, Bapak Sutarno (55 tahun), dengan nada sedih mengungkapkan keputusasaannya. “Bagaimana lagi, Mas? Kalau dijual juga rugi besar. Biaya pupuk, tenaga kerja, dan ongkos angkut ke pasar tidak ketutup sama sekali. Lebih baik dibuang ke sungai saja daripada membusuk di kebun dan malah menimbulkan masalah baru,” ujarnya sambil menunjukkan tumpukan salak yang siap dibuang ke sungai pada Selasa pagi, 22 April 2025. Aksi membuang salak ke sungai ini juga dilakukan oleh beberapa petani lain di wilayah tersebut sebagai bentuk protes atas harga anjlok yang tidak kunjung membaik.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banjarnegara, Ir. Sri Rejeki, M.Si., saat dikonfirmasi mengenai kondisi ini menyatakan keprihatinannya. Pihaknya mengakui adanya harga anjlok salak yang dialami petani dan sedang berupaya mencari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. “Kami sedang melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk Bulog dan distributor, untuk mencari alternatif pemasaran dan stabilisasi harga salak. Kami juga akan mengkaji kemungkinan adanya program bantuan atau subsidi bagi petani yang terdampak,” jelasnya saat ditemui di kantor dinas pada hari yang sama. Diharapkan, pemerintah daerah dapat segera mengambil langkah konkret untuk membantu para petani salak di Banjarnegara agar tidak terus merugi akibat fluktuasi harga yang ekstrem ini.